Rabu, 15 April 2015

Tempat Terindah


Felly kecil tidak tahu apa artinya meninggal. Dia hanya tahu jika ada orang yang meninggal, maka dia tidak akan pernah melihat orang itu lagi. Felly berpikir, mungkin meninggal adalah kata lain dari pergi. Pergi kemana, Felly tidak perduli. Felly hanya yakin mereka pergi ke tempat paling indah di dunia.


Ketika itu hujan turun dengan deras, Felly menangis karena dia tidak suka mendengar suara kegaduhan hujan. Biasanya ibunya akan memeluk Felly untuk menenangkan tangisan Felly, tapi kali ini ibunya ikut menangis. Felly berpikir, mungkin ibunya juga takut mendengar suara kegaduhan hujan.



Tapi lalu Felly kecil semakin bingung ketika melihat Kak Annisa dan Kak Darwin menangis. Felly yakin kedua kakaknya itu tidak takut hujan, lalu kenapa mereka menangis? Apa sekarang semua orang tertular dengan ketakutannya? Akhirnya Felly berhenti menangis. Dia tidak mau semua orang menangis karena dia.



Felly mendekati ibunya, lalu memeluk tubuh ibunya seperti yang biasa ibunya lakukan ketika Felly menangis. Tapi Felly menjadi bingung, karena ibunya malah menangis semakin kencang. Felly lalu menatap Kak Annisa dan Kak Darwin yang juga menatapnya, tetapi Felly merasa aneh dengan tatapan kedua kakaknya. Apa ya? Felly tidak bisa menjelaskan tatapan apa itu.



Kak Annisa memeluk tubuh kecil Felly, dan Felly juga memeluk kakaknya itu dengan tangannya yang kecil. Kalau pelukannya tidak berhasil menenangkan ibunya, mungkin akan berhasil pada kakaknya.



Tetapi seperti ibunya, kakaknya itu juga tetap menangis hebat. Felly merenung dengan pikirannya yang polos, berfikir apa yang harus dia lakukan agar mereka semua berhenti menangis. Ataukah dia harus menunggu sampai hujan berhenti?



Kak Annisa menghentikan tangisannya, membuat Felly langsung merasa senang. Ternyata pelukannya berhasil. Kak Annisa menyentuh kedua bahu mungil Felly, “Ayah meninggal, Fel.” Begitu katanya.



Ayah meninggal? Felly langsung memberikan senyumannya yang lebar. Ayahnya meninggal kemana ya? Pasti ke suatu tempat yang lebih indah daripada rumah Felly. Tapi kenapa ayahnya tidak mengajaknya ya? Padahal Felly ingin bertanya dimana tempat yang indah itu berada.



Semua orang yang berada di antara Felly langsung menatap Felly bingung, tak terkecuali ibunya yang sedari tadi kelihatan sangat terguncang. Felly memamerkan senyumannya sekali lagi.



“Kenapa kamu kelihatan sangat senang, Fel? Kamu dengar kan kakak bilang kalau Ayah meninggal?”



Felly balas menatap ibu dan kedua kakaknya yang masih menangis, lalu dia mengangguk dengan semangat.



“Felly seneng banget, karena ayah sekarang berada di tempat yang paling indah di dunia. Felly yakin pasti ayah sekarang sedang bahagia banget di tempat itu.”



Ucapan polos Felly membuat ibu dan kedua kakaknya menghentikan tangisan mereka, mereka kini memandang Felly dengan pandangan baru.



Ibunya langsung memeluk Felly, “Kamu benar, Nak. Sekarang ayahmu pasti sangatlah bahagia.” Kedua kakaknya bergabung memeluk Felly.



Felly tersenyum lebar, membalas pelukan ibu dan kedua kakaknya. Felly menatap ke jendela di dekatnya, lalu dia sadar bahwa hujan sudah berhenti. Pantas saja semua orang sudah berhenti menangis.



Felly kecil yang polos mulai bertanya-tanya, kapan dia akan pergi menyusul ayahnya? Felly sudah tidak sabar ingin melihat tempat terindah di dunia, dan dia juga tidak sabar untuk merasakan kebahagiaan yang dirasakan orang-orang yang sudah meninggal. Walaupun sebenarnya, sekarangpun Felly juga sudah merasakan kebahagiaan di tengah keluarganya.


Kita masih belum yakin apa yang akan terjadi ketika kita sudah meninggal nantinya, apakah kita akan pergi ketempat yang indah seperti yang di kirakan oleh Felly, atau mungkin sebaliknya ? itu semua masih menjadi sebuah misteri yang belum terungkap

0 Energy:

Posting Komentar

© MINGKY CHANDRA 2012 | Blogger Template by Mingky Chandra - Ngetik Dot Com - Nulis